KM. Serambi_Brangrea – Jika berbicara kuliner Lombok atau Sumbawa
tidak kalah beraneka ragamnya dengan daerah lain di Indonesia. Di Lombok ada
yang disebut dengan Sop Kikil Bebalung, rawon, ebatan, Pelecing Kangkung, Ayam
Bakar Taliwang, Gule Lemaq, Kandoq Kelaq Lebui, Kandoq Kelaq Pedis dan masih
banyak lagi. Sedangkan di Sumbawa ada yang dikenal dengan singang, sepat,
kembuq pria, rujak pelam, sira seping, goreng dan lain sebagainya. Akan tetapi
jika dilihat dari sisi adat istiadat cara memasaknya ada perbedaan antara
memasak di Sumbawa dan memasak di Lombok.
Masakan tradisional akan mudah sekali dijumpai jika di daerah
tersebut diadakan acara adat seperti begawe di Lombok atau bekelewang di
Sumbawa. Kegiatan Begawe atau Bekelewang ini biasanya diadakan pada acara
perkawinan, khitanan, ataupun tujuh bulanan. Dalam kegiatan ini jika
dibandingkan antara juru masak atau ran
atau tukang di Sumbawa dan Lombok ada
hal yang berbeda, jika di Sumbawa tukang
ini sangat didominasi oleh kaum perempuan dan ini adalah hal yang lumrah. Akan tetapi
jika kita melihat di Lombok maka yang sangat dominan adalah kaum laki-laki. Mulai
dari kegiatan menyiapkan bahan, kemudian meracik bahan bahkan hingga memasak merupakan
tugas dari ran ini.
Seperti dituturkan Ainul warga Bebidas Lombok Timur bahwa di
daerah kami juru masak lebih dikenal dengan Amaq’n
Jangan (Amaq’n = Bapaknya; Jangan = Lauk). Amaq’n jangan inilah yang
bertanggung jawab terhadap semua masakan yang akan dihidangkan dalam acara. Kami
kaum perempuan hanya bertugas mencuci piring dan Berape (menghidangkan masakan kedalam wadah) hal ini tentunya
membuat tugas kaum perempuan jadi lebih ringan. Kemudian Ani warga Brang Rea
Sumbawa Barat yang kebetulan datang ke Lombok sangat kagum dengan tradisi
memasak di Lombok. Ia menjumpai sekelompok laki-laki yang sedang sibuk Ngebat (membuat ebatan) dengan kompak dan cepat sekali. Ayunan pisau
untuk mencincang daging, daun belimbing dan bahan lainnya terlihat sangat lihai,
bahkan kaum perempuan tidak akan bisa menandinginya.
Perbedaan tradisi memasak ini tentunya adalah
sebagian kecil dari banyaknya keanekaragaman budaya yang ada di NTB. Hal seperti
inilah yang diharapkan akan menjadi daya tarik sendiri untuk menjadi perhatian
masyarakat di luar NTB sehingga akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Mudah-mudahan
saja tradisi ini bisa terus dipertahankan dan tidak termakan pekembangan zaman
yang lebih condong mengesampingkan tradisi dan lebih mengutamakan kepraktisan dalam
berkerja. (c_benk VH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar