KM All In One

KM Serambi Brang rea melayani aneka Jasa seperti Instal Ulang Leptop, Print, Internet, Pulsa, Cetak Foto, Cetak Undangan, Laundry, Menjual/Menerima Pesanan Aneka Kue. Sekretariat : Jl. Baso Busing Desaberu Dsn Dangar Permai Hp: 081915984745/085338575577

Selasa, 22 Oktober 2013

Kuliner : Tepung Tai Bdes Masih Digemari

KM. Serambi_Brangrea – Hari minggu yang lalu (20/10) saat kami berkunjung ke rumah salah seorang warga di Brang rea, kami disuguhkan dengan panganan yang biasa disebut dengan Tepung Tai Bdes (Tai Kambing) karena bentuknya yang menyerupai kotoran kambing. Ternyata rasanya sungguh nikmat baik disantap ketika hangat ataupun sudah dingin.
Di tempat lain semisal di daerah Lombok tepung tai bdes ini lebih dikenal dengan Jaje Tolang Nangke karena bentuknya bulat  memang juga menyerupai biji nangka. Rasa yang agak manis karena berbahan baku Gula merah sangat tepat jika disantap pada siang hari. Saat ini Tepung Tai Bdes sudah jarang bisa didapatkan, hal ini mungkin dikarenakan sudah banyaknya jajanan instan atau jajanan kemasan yang mudah serta praktis didapatkan. Akan tetapi sebagai salah satu warisan nenek moyang berupa jajanan tradisional perlu terus dilestarikan. Selain itu panganan yang dibuat sendiri dengan bahan baku yang masih tergolong alami seperti tepung beras, gula merah, dan daun pandan sebagai pewangi menjadikan panganan ini lebih sehat dibandingkan dengan panganan kemasan yang sudah menggunakan bahan kimia serta bahan pengawet.
Saat kami masih kecil dulu sangat beranekaragam jenis panganan yang dibuat oleh nenek-nenek kami, diantaranya kue cucur, palopo, kolak pona, me bongka, kleok dan masih banyak lagi. Namun saat ini ternyata generasi muda sudah banyak yang beralih kepada kue-kue modern dengan aneka jenis. Jika ditanyakan kepada ibu-ibu zaman sekarang ternyata banyak yang tidak bisa membuat bahkan tidak tahu jajanan yang merupakan ciri khas daerahnya. Hanya sebagian orang saja bahkan boleh dibilang orang-orang sudah lanjut usia saja yang masih bisa membuat aneka jenis jajanan tradisional. Akankah kita biarkan begitu saja kuliner warisan budaya kita tergerus oleh aneka panganan modern? Kalau bukan kita siapa lagi yang akan mempertahankannya, kalau tidak sekarang maka kapan lagi? (Tu_ti)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar