KM All In One

KM Serambi Brang rea melayani aneka Jasa seperti Instal Ulang Leptop, Print, Internet, Pulsa, Cetak Foto, Cetak Undangan, Laundry, Menjual/Menerima Pesanan Aneka Kue. Sekretariat : Jl. Baso Busing Desaberu Dsn Dangar Permai Hp: 081915984745/085338575577

Sabtu, 25 Agustus 2012

Tradisi Besiru Yang Kian Luntur

Ibu Ana dan kawan-kawan

Km. Serambi Brang Rea-Pagi buta terlihat rombongan ibu-ibu menyusuri jalan setapak menuju ke daerah persawahan. Selain itu terlihat pula mereka menggunakan pakaian serba tertutup lengkap dengan tutup kepala dan yang tidak kalah uniknya adalah diwajah mereka terlihat penuh dengan olesan semeq (lulur tradisional) yang berfungsi sebagi pelindung dari sinar matahari. Oh ternyata itu adalah rombongan ibu-ibu yang akan bekerja borongan untuk menanam padi di sawah. Namun yang berbeda dari masa-masa dahulu jika ada rombongan seperti maka motivasi kerjanya adalah bergotong royong namun yang ada di masa sekarang adalah bekerja dengan imbalan rupiah.

Ya……memang itu adalah konsekuensi dari perkembangan zaman yang turut berpengaruh pada pola pikir setiap orang. Kalo orang bilang lamin jaman to’ noya anu gratis (kalau zaman sekarang tidak ada yang gratis), ya karena itu adalah kenyataan yang kita jumpai pada masa-masa sekarang. Kalo pada masa-masa yang lalu system kegiatan dalam masyarakat sangat tergntung pada pola gotong royong dan salah satunya ada dalam system pertanian. Bahasa samawa gotong royong bisa disembut dengan besiru artinya jika ada warga yang akan melaksanakan kegiatan maka warga yang lain dengan sendirinya akan ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Dan dilain kesempatan warga yang dibantu ini berkewajiban untuk terlibat dalam kegiatan warga yang lain dan begitu seterusnya.
Kembali kepada rombongan ibu-ibu tadi yang akan melakukan borongan menanam padi maka ada yang berbeda dengan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Ibu ana dan kawan-kawan telah menyepekati akan menerima upah 25rb setengah hari kerja perorang untuk menanam padi di sawah pak Mang. Jika pekerjaan telah sampai pada batas perjanjian maka kerja berakhir sampai disitu. Hal ini terlihat sangat kontras berbeda dengan budaya besiru tadi, sebagai gambaran jika menggunakan tradisi besiru ibu ana dan kawan-kawan tidak akan menerima upah sepeserpun dari pekerjaannya. Akan tetapi pak Mang berkewajiban untuk ikut dalam kegiatan penanaman padi di sawah ibu ana dan kawan-kawan. Begitu seterusnya aturan yang berlaku dalam setiap kegiatan ibu ana dan kawan-kawan.
Memang tradisi Besiru ini merupakan aturan yang tidak tertulis sebagai aturan ketat dalam masyarakat, sehingga dalam kehidupan bermasyarakat tidak dengan begitu saja dapat diindahkan oleh masyarakat. Dengan adanya kegiatan besiru dalam setiap kesempatan diantaranya seperti kegiatan pembangunan rumah, acara nikah, khitan ataupun yang lainnya secara tidak langsung dapat memupuk silaturrahmi dan meningkatkan rasa persaudaraan dan persatuan dalam masyarakat. Segala kegiatan diikuti oleh masyarakat selalu dilandaskan pada rasa tolong menolong dan penuh dengan keihklasan.
Hal yang berbeda terlihat dari pola kehidupan modern yang mana segala sesuatu selalu dilandaskan pada materi dan jumlah bayaran. Kita juga tidak bisa memungkiri hal tersebut dikarenakan semakin banyaknya kebutuhan hidup masyarakat. Akan tetapi yang patut kita perhatikan agar bagaimana tradisi  besiru ini bisa dihidupkan dalam kegiatan kemasyarakatan guna memepererat tali persaudaraan dalam mencegah perpecahan. (c_benk vh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar