KM. Serambi_Brangrea – Mudahnya akses informasi di kalangan
masyarakat tidak sepenuhnya memberikan dampak positif, tidak sedikit informasi
yang diterima secara tidak utuh bahkan salah mengadopsi menyebabkan nilai
pendidikan yang diperoleh adalah pendidikan yang tidak tepat. Ditambah lagi pengakses
berita umumnya kalangan remaja yang hanya berfikir singkat dalam melakukan
tindakan. Contoh berbagai tayangan dari media informasi yang salah dimanfaatkan
justru menjadi bomerang bagi para remaja. Kekerasan dan tindak criminal adalah
hal yang paling sering ditemui, seperti terlihat di sekolah-sekolah yang
notabene sekolah unggulanpun tidak terlepas dari masalah kenakalan remaja
ataupun perkelahian.
Orang tua bersama-sama dengan guru serta masyarakat adalah
pihak yang bertanggung jawab terhadap tumbuh kembang remaja. Orang tua tidak
boleh menyerahkan sepenuhnya pendidikan putra-putrinya hanya kepada pihak
sekolah. Orang tua dan keluarga adalah lembaga pendidikan informal pertama bagi
anak untuk perkembangan psikologisnya, jika orang tua tidak memberikan control
terhadap anak maka anak secara leluasa mengikuti segala bentuk pergaulan yang
ada di lingkungannya. Masalah spele bisa menjadi masalah besar jika tidak ditangani
secara tepat, tidak jarang kita mendengar perkelahian yang melibatkan dua desa
hanya karena salah paham dikalangan pemudanya.
Novy
salah seorang pengajar di salah satu sekolah di Sumbawa Barat menuturkan bahwa
hampir rata-rata permasalahan remaja yang terjadi berasal dari hal-hal yang
spele dan kesalahpahaman. Siswa banyak yang berkelahi hanya karena saling rebut
kekasih, siswa bertindak keras kepada guru hanya karena diberikan peringatan
oleh gurunya. Mereka menganggap kekerasan adalah solusi yang paling pas untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Sedangkan akibatnya tidak pernah
difikirkan, terserah mau masuk penjara atau dikerluarkan dari sekolah asalkan
sudah mampu meluapkan emosinya tidak menjadi masalah dan tentu saja ini sangat
keliru. Selanjutnya ketika permasalahan
sampai kepada orang tua maka tidak sedikit pula orang tua yang malah
menyalahkan pihak sekolah akibat mendengar informasi hanya dari satu pihak
saja. Selain itu siswa yang bermasalah juga tidak jarang berasal dari keluarga
pecah “Broken Home” sehingga anak berusaha
mencari perhatian di sekolah dengan melakukan berbagai macam tindakan yang
tidak sepatutnya. Teman yang dianggap sebagai orang yang mengerti akan
permasalahannya terkadang salah mengarahkan sehingga si anak malah semakin
terjerumus kedalam masalah yang lebih kompleks.
Akan tetapi kita tidak boleh menyerah begitu saja,
semangat mendidik, mengajar, membimbing, dan membina anak harus terus dijaga.
Nasib masa depan bangsa kita berada dipundak remaja yang saat ini berada di
bangku sekolah. Rasa prihatin dan tanggung jawab semua pihak adalah suatu
keharusan karena tanpa adanya koordinasi semua pihak tersebut pendidikan yang
baik tidak akan diperoleh secara maksimal. (c_benk VH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar