KM. Serambi_Brangrea – Perlu diacungi jempol kegigihan siswa
yang bersekolah di SDN Meraran khususnya yang bertempat tinggal di Desa
Fakirum. Mengapa tidak mereka harus berusaha lebih keras untuk bisa tiba
disekolah dibandingkan siswa yang bertempat tinggal di Meraran. Jarak tempuh kurang
lebih 3 Km memang bisa dikatakan tidak terlalu jauh jika menggunakan kendaraan
akan tetapi bisa terasa sangat jauh apabila ditempuh dengan jalan kaki, apalagi
bagi seorang anak. Mereka yang bertempat tinggal di Fakirum kebanyakan berasal
dari keluarga kelas menengah ke bawah yang berprofesi sebagai nelayan di Danau
Lebo. Oleh karena itu mereka harus menemukan cara agar bisa tiba di sekolah
tepat waktu dengan kondisi yang ada dan salah caranya adalah dengan “menyetop
montor” dan menumpang pada setiap motor yang akan menuju ke Seteluk atau
sebaliknya ketika pulang menumpang motor yang menuju ke arah Taliwang.
Program pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional tentang
sekolah gratis telah memberikan angin segar bagi keluarga kurang mampu. Dengan
adanya program ini paling tidak bisa mengurangi sedikit beban dari orang tua
untuk memberikan pendidikan bagi putra-putrinya. Akan tetapi ada sisi lain yang
masih cukup sulit dipenuhi orang tua yang kurang mampu yaitu masalah
transportasi putra-putrinya untuk ke sekolah.
Jalan lintas Seteluk Taliwang memang sudah dilalui oleh
kendaraan umum seperti bus dan bemo, akan tetapi jadwal keberangkatannya hanya
pada waktu-waktu tertentu dan terkadang tidak selalu tepat dengan kebutuhan
siswa yang bersekolah di SDN Meraran. Oleh karena itu ada cara unik yang sudah
berlangsung dari tahun ke tahun yang dilakukan oleh siswa tersebut untuk bisa
tiba disekolah yaitu dengan menumpang pada setiap sepeda motor yang akan menuju
atau dari arah seteluk. Bisa dikatakan siswa tersebut sangat berani untuk
menumpang pada kendaraan orang yang belum mereka kenal, karena bisa saja mereka
akan menjadi korban penculikan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Seperti penuturan Wati seorang siswa SDN Meraran bahwa
memang tidak ada pilihan lain agar kami bisa tiba disekolah, kami biasanya
menunggu di pinggir jalan raya dan berusaha menyetop setiap sepeda motor yang
lewat dan ikut menumpang yang walaupun tidak jarang pula orang yang kami stop
enggan berhenti dan memberikan kami tumpangan. Kami hanya bersabar jika terjadi
demikian karena kami sadar kami juga “mau menumpang”. Kami juga tidak berani
menumpang pada mobil untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan misalnya
penculikan atau hal lainnya. Karena jika menumpang dengan sepeda motor kami
masih bisa berteriak jika ada hal-hal yang tidak baik menimpa kami, dan jika di
atas mobil siapa yang bisa mendengar kami berteriak.
Jadi
seperti itulah kebiasaan yang terus dilakukan oleh siswa SDN meraran yang bertempat
tinggal di Desa Fakirum, entah sampai kapan. Dan paling tidak siswa tersebut
tetap menaruh harapan besar agar setiap orang yang lewat menggunakan sepeda
motor berkenan untuk memberikan kami tumpangan. (c_benk VH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar