Popok Ditempat Pembuangan Sampah |
KM. Serambibrang Rea – Pada
bagian sebelumnya telah digambarkan tentang seorang ibu di desa yang sudah
menggeluti bisnis secara online. Ibu Sri namanya yang sudah memanfaatkan
teknologi secara maksimal untuk kepentingan yang sehat dan cukup benefit dari
sisi ekonomi. Jika ditelisik kembali alasan pertama dimulainya bisnis online
ini adalah karena besarnya anggaran yang dikeluarkan untuk keperluan kebutuhan
popok bayi yang kemudian merambah ke barang-barang kebutuhan yang lain. akan
tetapi yang akan menjadi focus dan patut menjadi pemikiran kita bersama dari
alasan bisnis online yang pertama yaitu tentang popok. Mungkin ini adalah hal
yang spele bagi satu atau dua orang akan tetapi apa yang terjadi jika semua
orang juga menganggap ini hal yang spele. Mari kita tinjau permasalahan popok
ini dari segi kesehatan yaitu berapa banyak sampah yang dihasilkan dari
penggunaan popok bayi sekali pakai (Pospak).
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa
semakin sibuknya para orang tua dalam pekerjaannya sehari-hari membuat mereka
mencari alternative untuk mengurangi pekerjaan lain yang tidak perlu.
Diantaranya mencuci pakaian bayi yang telah kotor yang kini telah diganti
dengan penggunaan popok bayi sekali pakai. Dari segi kepraktisannya memang
tidak kita pungkiri lagi, akan tetapi bagaimana dengan dampak lingkungan yang
diakibatkan dengan semakin banyaknya sampah-sampah berupa popok bayi ini.
Seperti di Surabaya saat ini menurut hasil penelitian Lembaga Kajian Ekologi
dan Konservasi Lahan Basah disimpulkan bahwa 15% dari sampah padat adalah
sampah popok bayi dan pembalut wanita (http://kampungtki.com/baca/27958).
Selain di kota-kota besar seperti di Surabaya tadi penggunaan pospak (popok
sekali pakai ) ini sudah sampai ke tingkat pedesaan, tidak terkecuali desa-desa
yang ada di kecamatan brang rea. Jika dilihat di tempat pembuangan sampah maka
dapat dipastikan jumlah sampah popok bayi ini pasti ada dan tidak kalah banyak
dengan jumlah sampah padat lainnya. ditambah lagi kebanyakan sampah-sampah masyarakat masih dibuang di tepi sungai sedangkan air dari sungai tersebut merupakan sumber pengairan pertanian warga, kegiatan MCK dan sebagainya. jika ini terus berlangsung maka apa yang akan dimasa mendatang???
Untuk
diketahui bahwa Popok bayi menggunakan bahan kimia plastik dan terurai setelah
200-500 tahun, bahkan sumber lain mengatakan popok bayi tidak dapat terurai.
Selama hidupnya, satu bayi membutuhkan 6000 popok sekali pakai hingga umur tiga
tahun dan jumlah kelahiran hidup berdasarkan sensus penduduk tahun 2004 adalah
4,4 juta. Bila diasumsikan seluruh bayi menggunakan popok sekali pakai maka
sampah popok bayi mencapai kurang lebih 26 milyar popok. Angka tersebut sangat
jelas dapat merusak dan merugikan lingkungan. Untuk mengurangi sampah popok
sekali pakai, dapat digunakan popok kain yang dapat dicuci dan digunakan
berulangkali. Tetapi, orangtua sering dibuat bingung antara penggunaan popok
sekali pakai atau popok kain. Terjadi pro dan kontra antara penggunaan kedua
jenis popok tersebut. Pertimbangannya adalah menggunakan popok kain akan
membuang-buang energi, air, listrik serta deterjen yang mencemari lingkungan.
Jika ingin ditelusuri setiap orangtua hendaknya melihat kembali jejak ekologis
yang dihasilkan. Rika Winurdiastri, mengatakan bahwa setiap kegiatan manusia
pasti menimbulkan dampak lingkungan. Apalagi selama kita menggunakan energi
(listrik, bensin,dll), maka kita berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan.
Jejak manusia terhadap alam ini yang disebut jejak ekologis. Selama ‘kerusakan’
yang kita buat masih dapat diimbangi dengan kemampuan alami lingkungan untuk
memulihkan diri, maka itu masih wajar. Mengenai kontribusi kerusakan lingkungan
popok kain dan pospak, ada baiknya kita melihat dari sisi: mana yang lebih banyak
jejak ekologisnya? Dan menurut beberapa sumber, jejak ekologis popok sekali
pakai adalah 2 kali lipat dibanding popok kain (http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=13520872).
Sekarang semuanya tergantung pada pilihan kita
semua. Akan tetapi ingatlah bahwa anak cucu kita juga membutuhkan dunia yang
sehat dan nyaman. (c_benk vh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar