Km. serambi brangrea-Amaq salah seorang pedangan di pasar taliwang, dulunya datang
mengadu nasib ke taliwang dengan membawa cobek (ulekan. red) yang dijajakan
secara keliling ke rumah-rumah warga di kecamatan taliwang. Akan tetapi pekerjaan yang digeluti sejak tahun 80-an ini berbuah manis, lapak
yang memadai dengan hasil yang lebih besar ternyata mampu untuk menafkahi
keluarga dan meyekolahkan anaknya degan layak.
Sore kemarin (selasa/12/6)Amaq sibuk membersihkan bawangnya
yang baru saja tiba dari Lombok. Disela-sela kesibukan membersihkan bawangnya
itu penulis memulai perbincangan mengenai perkembangan penjualan sayur-mayur di
eks pasar taliwang. Setelah perbincangan berlangsung Amaq mulai menceritkan
sejarah ia mengadu nasib dari Lombok timur hingga sampai ke Kecamatan Taliwang
waktu itu. Ia mengisahkan dulunya taliwang pada tahun 80-an masih sangat
sepi dan tidak seramai sekarang ini yang
bisa dikatakan sudah metropolitan. Saya ke taliwang mulanya untuk mejual cobek
dengan memikul dari kampung ke kampung. Ya…..walaupun cobek batu ini sangat
berat tapi saya terus giat memikul dengan harapan bisa mendapat sesuap nasi.
Hari-hari terus saya lalui dengan berkeliling yang walapun
dalam satu hari belum tentu ada barang dagangan saya yang laku. Tapi saya tidak
patah semangat, saya terus menggeluti pekerjaan ini hingga beberapa tahun. Akan
tetapi yang patut saya syukuri adalah masih ada orang yang bermurah hati untuk mengizinkan
saya tinggal di rumahnya tanpa harus membayar. Kemudian pada awal tahun 90-an
saya mencoba untuk menjual sayur di pasar taliwang yang kemudian setelah pasar
sepi sayur yang belum laku saya jual secara keliling ke dalam kampung.
Namun Alhamdulillah saya tidak pernah patah
semangat dalam menggeluti usaha tersebut, walaupun terkadang sayur yang tidak
laku membusuk dan mengakibatkan beberapa kali modal saya ikut berkurang. Beberapa
kali saya jatuh bangun dalam menggeluti
jual sayuran ini akan tetapi saya terus optimis bahwa suatu akan tiba
masa keberhasilan. Amaq menambahkan dengan semangat yang terus saya pupuk ini
akhirnya telah membawa saya seperti yang bapak lihat sekarang ini. Saya bisa
membeli sebidang tanah untuk investasi, membangun rumah, bahkan sekarang ini
anak saya yang sulung sedang sekolah di Pondok Pesantren Kapek Lombok barat. Saya
tidak ingin anak saya nantinya mengkuti kondisi seperti saya ini. Saya berniat
untuk menyekolahkan anak saya setinggi mungkin bahkan sampai ke perguruan
tinggi yang nantinya ia akan mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan masa
depan yang cemerlang. (c_benk vh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar