KM. Serambi_Brangrea – Aneka kerajinan daerah merupakan asset
yang harus dilestarikan, jika di Banyumulek Lombok Barat dengan kerajinan
gerabahnya, Desa Gunung Sari dengan kerajinan Bambu maka di Desa Tepas Sepakat
ada kerjaninan anyaman daun lontar, rotan, serta produsen Kopi Rarak Sutera yang
sudah menjadi warisan daerah secara turun temurun. Beberapa warga bersama
dengan UPTD sanggar Kegiatan Belajar
(SKB) Kabupaten Sumbawa Barat bekerjasama untuk memberdayakan desa Vokasi
tersebut karena sangat dikhawatirkan seiring waktu akan punah dan terlupakan.
Kegiatan yang dilaksanakan di Desa Tepas sepakat ini diikuti
oleh 30 peserta yang tergabung kedalam 3 kelompok dan masing-masing kelompok
terdiri atas 10 orang. Sampurna salah seorang inisiator sekaligus narasumber
pada kegiatan ini menyampaikan kegalauannya akan potensi yang kian pudar
dimakan waktu. Ia mengutarakan bahwa kerajinan anyaman daun lontar dan rotan
hanya dikuasai oleh warga usia lanjut, jadi ketika mereka tidak ada nantinya
maka potensi atau kerajinan tersebut akan ikut sirna. Hal senada diutarakan
Kepala UPTD SKB KSB Maladi, S.Pd saat ditemui beberapa waktu lalu di Ruang
kerjanya bahwa vokasi atau keterampilan adalah aset pembangunan, bayangkan saja
masyarakat Tepas Sepakat yang hanya berprofesi sebagai petani hanya
mengandalkan pendapatan perempat bulan sekali. Belum lagi potensi gagal panen
akibat wabah yang juga terus mengintai. Oleh karenanya dengan adanya program
pemberdayaan desa vokasi ini diharapkan khususnya kepada ibu-ibu pada saat disaat
tidak bekerja di sawah turut membantu ekonomi keluarga dengan hasil penjualan
aneka produk kerajinan.
Selama kegiatan penguatan keterampilan masyarakat yang
dilaksanakan pada tanggal 2 hingga 11 januari 2014 ini ditargetkan peserta
dapat menghasilkan produk berupa piring, tabola, tempat tisu, wadah kue, bakul
ataupun topi dari anyaman daun lontar. Kemudian kursi dari anyaman lontar dan
yang tidak kalah pentingnya adalah Kopi rarak sutera yang sangat nikmat dan cukup
terkenal hingga ke luar daerah. Selanjutnya selama kegiatan berlangsung
penguatan keterampilan anyaman rotan juga melibatkan narasumber dari Assosiasi
Rotan Sumbawa Barat, hanya saja yang menjadi kendala dalam pengembangan secara
maksimal adalah kurangnya dana penyelenggaraan sehingga bahan baku tidak
sepenuhnya terpenuhi.
kendati Brang rea menjadi salah satu daerah penghasil rotan
namun untuk pengadaan rotan pada kegiatan penguatan keterampilan juga
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kurang lebih Rp. 60.000.000,-/tahun
anggaran operasional UPTD SKB KSB untuk seluruh kegiatan dirasakan masih sangat
jauh dari cukup ungkap penanggung jawab kegiatan Maladi, S.Pd. Oleh karenanya
kami sangat berhati-hati dan berusaha mengoptimalkan penggunaan dana yang ada. Visi
kami kedepan adalah agar UPTD SKB KSB bisa menjadi percontohan untuk seluruh
wilayah Bali dan Nusa Tenggara, tidak terbatas hanya menjadi sanggar kegiatan
belajar melainkan sekaligus menjadi kampus dan taman belajar masyarakat.
Sehingga perhatian ataupun dukungan pemerintah baik itu pemerintah Provinsi
maupun pemerintah pusat sangat diharapkan.
Pada akhir kegiatan pengembangan desa vokasi ini
warga sangat mengharapkan adanya tindak lanjut ke tahap berikutnya yaitu tahap
mahir. Siti aminah salah seorang peserta mengungkapkan harapannya ini kepada
segenap panitia penyelenggara serta jajaran UPTD SKB KSB. Tahap awal berupa
pelatihan serta penguatan yang diselenggarakan sudah menjadi permulaan yang
baik bagi kami tegasnya dan tindak lanjutnya kedepan juga harus dilaksanakan
sehingga kerajinan yang kami hasilkan bisa menjadi Produk Unggulan Daerah timpalnya.
Bukan hanya itu saja modal awal yang diberikan penyelenggara senilai 3,7 jt
rupiah tiap kelompoknya bisa menjadi motivasi untuk pengembangan selanjutnya. Semoga
saja apa yang menjadi harapan masyarakat ini bisa terwujud. (c_benk VH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar