KM. Serambi_Brangrea – Harga Elpiji naik? Tentunya kabar ini
sangat tidak diharapkan oleh setiap orang kendati dini hari tadi selasa (6/1)
tepat pukul 00.00 WIB pertamina telah melakukan revisi terhadap kenaikan harga Elpiji.
Beberapa tahun lalu pemerintah telah melaksanakan program konversi minyak tanah
alias mitan ke gas alias Elpiji. Walaupun banyak mendapat kendala karena
masyarakat masih takut menggunakan kompor gas akibat maraknya pemberitaan
ledakan dan kebarakan akibat kompor gas namun masyarakat pada akhirnya sudah
banyak yang mulai menggunakanya. Selanjutnya beberapa hari lalu tersiar kabar
melalui media televisi bahwa harga gas Elpiji khususnya yang 12 kg mengalami
kenaikan hingga 12%. Tentunya ini dirasakan sangat berat dan membuat warga
menjadi berfikir kembali ke mitan atau menggunakan elpygi bersubsidi 3 kg.
Suhada seorang warga mengatakan bahwa di desa Tapir harga Elpiji
Rp. 175.000 untuk tabung 12 kg termasuk ongkos antar ke rumah. Ibu Ija pengguna
Elpiji di Taliwang mengungkapkan bahwa harga Elpiji di pengecer adalah Rp.
163.000,-. Selanjutnya Herman agen Elpiji di Kecamatan Brang rea mengatakan
bahwa harga eceran Elpiji adalah Rp.160.000,- karena harga distributor Sumbawa
Besar adalah Rp. 155.000/tabung 12 kg, hanya mengambil keuntungan Rp.
5.000/tabung saja tambahnya. Kenaikan harga yang cukup signifikan ini
memberikan dampak yang cukup berarti bagi konsumen, bayangkan saja jika sebelum
kenaikan harga hanya Rp.115.000 sampai dengan Rp. 120.000 tiap tabungnya maka
sekarang ini harus menambah pengeluaran sampai dengan Rp.45.000. Nominal yang
tidak kecil disaat kondisi ekonomi sedang sulit saat ini.
Masyarakat
sangat berharap keadaan ini segera pulih kembali sebagaimana harapan Presiden
RI dalam pidatonya beberapa waktu lalu untuk meninjau kembali kenaikan harga
yang telah ditetapkan Pertamina. Tidak dipungkiri lagi kecendrungan masyarakat
akan lebih memilih menggunakan Elpiji bersubsidi 3 kg dengan harga Rp.20.000
sampai dengan Rp.25.000/tabungnya maka untuk memperoleh 12 kg hanya membutuhkan
uang Rp.80.000 sampai dengan Rp.100.000. Bukan hanya itu saja mitan juga masih
menjadi alternative untuk digunakan kembali walaupun untuk mendapatkannya harus
berpanas-panasan dalam antrian disertai pembatasan pembelian yaitu satu jerigen
perorangnya. Seperti terlihat di salah satu pangkalan minyak tanah di kecamatan
taliwang siang kemarin (6/1) yang dipadati oleh pembeli. Elpiji atau mitan
manakah yang harus kita pilih? Kedua-duanya masih memberatkan keadaan rakyat
dimasa sekarang ini. (c_benk VH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar