Pak Amin disela kesibukannya mengusir Burung |
KM. Serambi_Brang Rea – Terbitnya mentari di ufuk timur
disambut dengan sorak sorai beberapa orang di tengah persawahan. Ada apa
gerangan??? Setelah ditelusuri ternyata ini adalah tradisi masyarakat di Brang
Rea khususnya Desaberu untuk mengusir burung. Mengusir burung??? Burung dari
mana tuh, ko harus diusir segala. Ternyata masa-masa sekarang ini adalah masa
menjelang panen. Kurang lebih satu bulan lagi padi warga Desaberu sudah bisa
dilakukan. Akan tetapi semenjak padi mulai berisi ada masalah sendiri yang
dialami oleh petani yaitu besarnya jumlah kawanan burung pipit yang memangsa
tanaman padi tersebut. Jadi petani dituntut untuk lebih ekstra dalam menjaga
tanaman padinya dari serangan burung pipit.
Sejak pagi hari para petani sudah ramai memenuhi kawasan
persawahan di Desaberu. Mereka sudah memasang berbagai atribut untuk meramaikan
lahan persawahan untuk menakuti burung pipit. Mulai dari orang-orangan sawah,
kaleng-kaleng yang diisi batu, plastik warna warni yang kemudian ditarik untuk
membuat kegaduhan di sekitar persawahan. Akan tetapi teknik terebut ternyata
tidak cukup ampuh untuk mengusik kawanan burung pipit. Oleh karena itu petani
harus turun tangan secara langsung dengan melempari kawanan burung yang
menyerang tanaman padi menggunakan batu dan yang tidak kalah pentingnya adalah
suara sorak-sorai petani yang saling bersahutan dan sambung-menyambung harus
dilakukan. Disatu sisi ini membuat aktifitas petani menjadi tambah semarak dan
kebiasaan ini sudah berlangsung turun temurun.
Pak Amin seorang petani desaberu menuturkan bahwa ini sudah
menjadi resiko kami sebagai petani, kalau burung kami biarkan begitu saja maka
dapat dipastikan kawanan burung yang berjumlah ribuan tersebut dalam waktu
singkat bisa menghabiskan seluruh tanaman padi kami. Kalau mereka makannya cuma
sedikit sih gak apa-apa ya itung-itung kita bersedekah juga sebagai amal jariah,
akan tetapi ini mereka makannya tanpa ampun. Malah kita terancam gagal panen
kalau hal ini dibiarkan begitu saja tambah Pak Amin.
Biasanya burung pipit puncaknya menyerang tanaman padi mulai
pukul enam pagi sampai dengan pukul sepuluh menjelang siang. Kemudian akan menyerang
lagi pada pukul empat sampai dengan enam sore. Jadi pada waktu-waktu inilah
para petani tidak boleh lengah untuk menjaga tanaman padinya. Sorak-sorai dan
ramainya bunyi-bunyian terjadi pada waktu-waktu tersebut.
Untuk hasil panen sendiri pada musim tanam kali
ini diperkirakan agak berkurang, hal ini disebabkan panjangnya musim kemarau
sehingga pasokan air untuk irigasi sangat terbatas. Untuk pemerataan pembagian
air dilakukan dengan sistem jadwal setiap dua minggu untuk satu jalur aliran
irigasi. Hal ini juga tidak pelak membuat petani terlepas dari masalah. Mereka harus
saling bersitegang dan menjaga irigasi sepanjang malam agar bisa mendapat
pasokan air untuk persawahannya. (c_benk vh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar